Monthly Archives: January 2014

Peta Hijau Petakan Sosial Dan Budaya di Kota Magelang.

Standard

 

PETA HIJAU. Peserta sedang berdiskusi dalam pembuatan peta hijau Magelang yang diselengarakan oleh Komunitas Kota Toea Magelang untuk memetakan kehidupan sosial dan budaya di Magelang.
 
MAGELANG TENGAH- Komunitas Kota Toea Magelang sebuah komunitas yang bergerak di cagar budaya heritage Magelang mengadakan kegiatan pembuatan peta hijau (Green Map)  Magelang. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Komplek Bakorwil II Gedung eks Karisidenan Kedu Magelang, Minggu (12/01).

 

Narasumber kegiatan tersebut, Elanto Wijoyono dari Komunitas Peta Hijau Jogjakarta, mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk membuat profil suatu kawasan yang dibuat dalam bentuk peta. Adapun yang dipetakan tidak hanya berwujud bangunan fisik saja, melainkan juga isu budaya dan sosial.

 

 “Peta hijau ini secara fisik mirip dengan peta pada umumnya, namun di dalam peta hijau penyajiannya lebih lengkap.

 

Karena terdapat unsur budaya, sejarah, serta kegiatan masyarakat saat ini. Bias dikatakan dalam peta hijua memuat lebih detail informasi baik masa lalu maupun kekinian atau saat ini,” ucap Elanto.

 

Peta hijau mengajak warga untuk menjelajahi potensi suatu daerah, mensosialisasikan tempat-tempat pendidikan, kampong tradisional, museum, tempat pertunjukan, wisata alternative, sarana transportasi, pusat kerajinan, daur ulang sampah, bangunan bersejarah dan lain-lain.

 

“Tidak jarang warga masyarakat sebuah wilayah tidak mengenal lebih dalam wilayahnya sendiri, hal inilah yang menjadi pokok tujuan peta hijau menghadirkan informasi yang mendidik kepada masyarakat.

 

Tidak hanya budaya saat ini saja akan tetapi juga budaya jaman dulu baik yang masih dilestarikan atau yang sudah punah disuatu wilayah itu,” terang Elanto.

 

Dalam kegiatan pembuatan peta hijau Magelang, peserta yang hadir dibagi dalam empat kelompok, yaitu sejarah Magelang, perubahan Kota Magelang, kalender kegiatan Magelang, dan jadwal sehari.

 

“Pembagian kelompok itu bertujuan untuk membagi kriteria materi yang akan dipetakan, misalnya kelompok jadwal sehari memetakan kegiatan sehari-hari penduduk suaru wilayah baik jaman dulu maupun saat ini.  

 

Penentuan titik-titik lokasi berdasarkan survey dan informasi masyarakat, baik individu maupun komunitas. Setelah peserta berdiskusi di kelompoknya masing-masing, kemudian dipaparkan di depan semua kelompok, selanjutnya dikuatkan dengan survey kelapangan dan masyarakat,” jelas Elanto.
 
.

 

Koordinator Komunitas Kota Toea Magelang, Bagus Priyana, menuturkan,pembuatan peta hijau ini bersinergi dengan tujuan Komunitas Kota Toea Magelang, karena terkait erat dengan perkembangan sosial dan budaya masyarakat Magelang dari waktu ke waktu.

 

“Dengan dipeta hijaukan, akan lebih mudah meberi informasi, terutama kaitannya dengan budaya, misalnya kegiatan tradisional apa yang masih lestari di Magelang dan sebaliknya.

 

Atau bangunan tua bersejarah yang berubah fungsi menjadi apa saat ini, atau malah bangunan bersejarah tersebut hilang. Informasi ini dapat menjadi penambah pengetahuan bagi masyarakat, pemerintah atau wisatawan untuk menjaga sejarah sosial dan budaya Magelang yang kaya ini,” tutur Bagus.(mg1).
Pengirim :  di Kutip dari Magelang Ekspress dengan penulis Chandra Yoga Kusuma,

 

 

Kaos Magelang Tempo Doeloe edisi “PLENGKOENG LAMA 1883”

Standard

Bangunannya tinggi menjulang dengan tanggul tanah lebih tinggi dari tanah sekitar. Mengalirlah sebuah selokan di atasnya sejauh 5 km menuju selatan membelah kota. Sebuah lubang mirip terowongan melintas di bawahnya. Bangunan dengan lengkungan ini menjadi saksi perkembangan kota karena menjadi bagian urat nadi dari kota ini. Dan menjadi saksi bagi  perjuangan bangsa karena pada masa perjuangan bangsa tempat ini menjadi medan pertempuran pejuang bangsa melawan penjajah. Inilah sebuah bangunan tua yang di bangun pada tahun 1883 dan terkenal dengan sebutan “Plengkoeng Lama” yang terletak di Jl.Pierre Tendean Kota Magelang.

Kemegahan dan nilai kesejarahan bangunan ini terabadikan dalam sebuah kaos edisi ke 3 persembahan KOTA TOEA MAGELANG dengan judul “PLENGKOENG LAMA 1883”

Kaos KOTA TOEA MAGELANG edisi 3 “Plengkoeng Lama” tersedia dalam 2 warna yaitu warna hitam dan abu2 dengan bahan katun kombet lengan pendek yang nyaman jika di pakai.

Tersedia mulai ukuran sbb :

– S  [ harga Rp 60.000],

– M [harga Rp 63.000],

– L [harga Rp 65.000],

– XL [harga Rp 68.000],

– XXL [harga Rp 70.000],

– XXXL [harga Rp 75.000].


Kaos ini di buat terbatas “Special & Limited Edition” sebanyak 70 biji. Anda bisa mendapatkannya  saat “Festival Kupat Tahu” Minggu 9 Februari 2014 di Jl. Alun-alun Selatan, depan Polresta Magelang dari jam 08.00-17.00 WIB..
Jika anda berminat, silahkan menghubungi saya di 087832626269

[nb : Pesanan di layani jika persediaan masih ada]

kaos warna hitam tampak depan

kaos warna abu-abu tampak depan

kaos warna hitam tampak belakang

[nb : untuk warna abu-abu tampak belakang sama desainnya dengan yang warna hitam ]

Aside

Pecinan adalah sebuah kawasan untuk bermukim masyarakat Tionghoa. Beratus tahun yang lalu mereka tinggal di Magelang. Mereka berasimilasi sehingga sosial budaya, adat, tradisi, kuliner dll seolah menjadi bagian dari sejarah kota ini.

Pun dalam perkembangan tata kota. Masyarakat Tionghoa menjadi sebuah bagian tak terpisahkan dari sebuah sejarah. Makanannya seolah mengakrabi lidah semua orang, kesenian Barong Sai & Liong Samsi selalu di nanti orang. Di Pecinan pula terlahir orang-orang tersohor di masanya, yang turut berkontribusi memberi warna pada kota dan negeri ini.

Jika anda tertarik untuk lebih mengenal sejarah masyarakat Tionghoa dan kawasan Pecinan di kota ini, ayo ikuti

#acara:
“DJELADJAH PETJINAN MAGELANG”

– Hari, tanggal : Minggu, 2 Februari 2014
– Jam: 07.00 – 14.00 wib
– Tempat Kumpul: Kelenteng Liong Hok Bio Jl. Alun-alun Selatan No. 2 Kota Magelang

– Kontribusi : Rp 10.000,- (fasilitas : makalah, air mineral, snack).

#Pendaftaran:
Cara Pendaftaran : PETJINAN (spasi) Nama Anda,
kirim ke 0878 32 6262 69

#NB:
1. Peserta wajib memakai dress code/pakaian atas warna merah sebagai identitas event (kaos/baju dominan merah).

2. Membawa payung/jas hujan untuk mengantisipasi jika hujan turun (biasanya pada saat Imlek turun hujan).

3. Rangkaian kegiatan dilaksanakan dengan jalan kaki/heritage walks dengan menempuh jarak kurang lebih 3 km.
Rute & lokasi kunjungan adalah:
– Kelenteng Liong Hok Bio di Jl. Aloon-aloon Selatan
– Pasar Tukangan Kulon di Jl. Pajajaran
– Rumah dr. Oei Hong Kian, dokter gigi Bung Karno di Jl. Tidar.
– Eks sekolah HCS/Holland Chinnesse School de Bijbel di Jl. Tidar (sekarang SMK Wiyasa)
– Usaha pembuatan kue keranjang di Bayeman
– Rumah Banyak di Jl. Daha di Tengkon

4. Jam kumpul peserta mulai:
– jam 07.00 – 07.45 wib : pembayaran uang kontribusi sekaligus daftar ulang peserta.
– Jam 07.45 – 08.00 wib : penyampaian briefing dan petunjuk teknis kegiatan.
– Jam 08.00 wib – selesai : mulai pelaksanaan kegiatan dengan lokasi kunjungan pertama adalah Kelenteng Liong Hok Bio. Dan di lanjut ke lokasi kunjungan berikutnya.

5. Peserta wajib sarapan pagi dulu sebelum mengikuti kegiatan.

6. Dan untuk peserta yang memakai sepeda motor atau mobil harap di parkir di luar Kelenteng karena selama kegiatan halaman parkir kelenteng harus steril dari kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor bisa di parkir di area parkir di depan Trio Plaza atau Eks Magelang Theater/utara Matahari Dept. Store.
7. Hal-hal yang belum tertulis pada catatan ini akan di sampaikan pada saat pelaksanaan kegiatan. Termasuk kegiatan yang akan di rencanakan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi selama kegiatan berlangsung di lapangan.

Ayo kenali kotamu, pelajari sejarahnya dan cintai negerimu !
SAVE HERITAGE & HISTORY IN MAGELANG !

Agenda Event KOTA TOEA MAGELANG – Minggu 2 Februari 2014 : “DJELADJAH PETJINAN MAGELANG”

WARTA DOEKA BOEAT KOTA TOEA MAGELANG

Standard
Tampak dalam foto Eyang Rudi ada di sebelah kiri berdampingan dengan istri beliau.
Foto di ambil sewaktu Djeladjah Petjinan 2013 yang lalu.

Kerabat KTM yang tercinta, kembali kami berduka dan kehilangan orang yang sangat tinggi kepeduliannya terhadap sejarah dan heritage serta menjadi narasumber yang kredibel dan layak dipercaya bagi KTM. Kemarin  tanggal 2 Januari 2014 Kho Keng Gie yang merupakan cucu dari Raja Cerutu Ko Kwat Ie telah meninggal dunia dalam usia 83 tahun. Ko Keng Gie atau yang di kenal dengan nama Eyang Rudi lahir pada tahun 1929 dan meninggal dunia karena sakit jantung.
Jika kawan-kawan ingat sewaktu KTM mengadakan event “DJELADJAH PETJINAN” tahun lalu pasti akan ingat dengan sosok beliau yang sudah sepuh tetapi masih ingat dengan peristiwa sejarah di masa lalu. Saat itu peserta jelajah mampir ke rumah beliau di Juritan Kidul/sebelah timur Yuki Foto di Jl. Sriwijaya. Dan kita sempat mendengarkan wejangan beliau kala itu di rumah samping/pavilliun dari rumah bebek. Banyak cerita yang di sampaikan yang tentunya tidak banyak yang terceritakan karena keterbatasan waktu dan tempat.
Yang membuat keluarga itu berduka adalah pada hari yang sama pada jam 06.00 wib putri Kho Kwat Ie sekaligus tante dari Eyang Rudi meninggal dunia karena usia sepuh dan sakit yang sudah di derita cukup lama.
Eyang Rudi merupakan mantan dosen di AMN (Akademi Militer Nasional). Waktu itu beliau merupakan pengajar bagi Sutiyoso, SBY, Prabowo, dll yang kini merupakan purnawirawan jenderal2 di negeri ini. Eyang Rudi juga pernah menjadi ajudan dari istri dari Jendral Urip Sumoharjo. Bahkan Eyang Rudi pernah bercerita kepada saya bahwa jika Urip Sumoharjo pernah bermalam di rumahnya.
Banyak hal yang belum terceritakan kepada kami2 ini. Tetapi kami berbahagia sudah mengenal Eyang Rudi. Eyang Rudi selalu memanggil saya dengan ” Nak Agung” , sebuah sapaan yang hangat dari seorang saksi sejarah.
Kawula nyuwun pangapunten eyang, dereng saged mawujudaken sedaya ingkang eyang suwun. Nyuwun pangapunten sanget eyang.
Selamat jalan eyang, sugeng tindak wonten alam kelanggengan. Mugi2 Gusti Allah paring papan kalenggahan ingkang sae. Amin


Rumah beliau ada di sini di Juritan Kidul/timur Yuki Foto Jl. Sriwijaya dan bangunan tsb berusia lebih dari 100 tahun dan di kenal dengan sebutan Rumah Bebek.

Saat event Djeladjah Petjinan 2013 lalu

Agenda KOTA TOEA MAGELANG – Minggu 12 Januari 2014

Standard

Kota Magelang begitu kaya akan pesona bangunan kolonialnya. Tersebar di tengah kota dan di beberapa kawasan di sekitarnya. Potensi ini merupakan kekayaan yang luar biasa. Sedemikian kayanya sehingga perlu di buatkan sebuah usaha pemetaan tematik yang di sebut dengan PETA HIJAU.

Peta Hijau (bahasa Inggris : Green Map) adalah peta tematik yang menampilkan keterkaitan antara masyarakat dengan lingkungan. Sistem peta hijau adalah kerja sama global yang memungkinkan masyarakat di mana pun untuk membuat peta hijau yang bersifat lokal. Peta hijau menandai potensi alam dan budaya suatu kawasan.

Penandaan atau pemetaan dilakukan dengan penggunaan bahasa komunikasi visual sistem ikon Green Map. Sistem ikon Green Map didesain bersama untuk mengidentifikasi suatu daerah dan fenomena yang memiliki potensi sumber daya alam dan kebudayaan.

Pembuatan Peta Hijau ini merupakan salah satu cara dalam usaha pelestarian bangunan tua dan cagar budaya khususnya di Kota Magelang. Jika anda tertarik untuk menjadi relawan dalam usaha pembuatan PETA HIJAU ini, ayo bergabung di acara kami:

#Workshop: PETA HIJAU HERITAGE KOTA TOEA MAGELANG

#Pada:
– Hari/tanggal : Minggu/12 Januari 2014
– Waktu : 08.00 – 16.00 WIB
– Narasumber : Elanto Wijoyono dari Peta Hijau Jogjakarta
– Tempat : Area Museum BPK Kompleks Eks Gedung Karesidenan Kedu Jl. Diponegoro No. 1 Kota Magelang.

#Pendaftaran
Ketik: PETA HIJAU [spasi] Nama Anda.
Kirim ke 0878 32 6262 69

GRATIS !!!

#NB :
1. Peserta wajib membawa alat tulis [buku/kertas dan bolpoin/pensil], topi, payung/jas hujan/mantol.

2. Pelaksanaan kegiatan akan di awali dengan workshop di area museum dan dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan Peta Hijau di lapangan.

3. Peserta wajib membawa makanan kecil sendiri sebagai “amunisi” selama kegiatan. Air minum mineral akan di sediakan oleh panitia. Untuk makan siang silahkan di tanggung sendiri-sendiri oleh para peserta yang di sesuaikan dengan situasi dan kondisi selama kegiatan.

4. Pembuatan Peta Hijau ini merupakan yang pertama kali dilaksanakan di Kota Magelang. Hasil kegiatan akan menjadi acuan dalam pembuatan poster Peta Hijau Heritage KOTA TOEA MAGELANG. Adapun kegiatan pelatihan bisa di aplikasikan dalam berbagai bidang yang di sesuaikan dengan kebutuhan.

5. Hal-hal yang belum di informasikan di catatan ini akan di sampaikan lebih lanjut kemudian