Monthly Archives: June 2015

Bedah Boekoe berjudul “TAKDIR : RIWAYAT PANGERAN DIPONEGORO” bersama sejarawan Ternama Peter Carey, mINGGU 5 jULI 2015

Standard

GERAH melihat ulah Belanda dan gaya hidup ala Barat di Kesultanan Yogyakarta, Diponegoro menyingkir. Selain menggalang kekuatan, dia mempersiapkan kebutuhan logistik. Salah satunya dengan memborong persediaan beras di pasar-pasar di daerah Kedu dan Yogyakarta.

Karena menolak bertanggungjawab, Residen Yogyakarta Smissaert memerintahkan pasukannya menyerang dan membakar markas Diponegoro di Tegalrejo pada 21 Juli 1825. Tiga minggu kemudian, Diponegoro membalas dan menyerang Yogyakarta. Perang Jawa pun pecah.

Dalam kurun 1825-1826, unggul jumlah pasukan, Diponegoro mengandalkan taktik ofensif. Namun, setelah pertempuran di Gawok, strategi ini tak lagi dipertahankan.

Sebaliknya, karena jumlah pasukannya terbatas, Jenderal de Kock mengunggulkan strategi mobilitas melalui operasi pengejaran. Strategi ini berakibat fatal. Banyak prajuritnya tewas; bukan karena bertempur tapi kelelahan, sakit karena epidemi, cuaca buruk, dan medan yang berat.

Berdasarkan pengalaman tersebut pada 1827 Jenderal de Kock memperkenalkan strategi baru yang dikenal dengan Stelsel Benteng.
Dengan strategi ini, di setiap wilayah yang berhasil dikuasai, Belanda membangun benteng pertahanan; kemudian infrastruktur yang menghubungkan setiap benteng.

Stelsel Benteng merupakan kunci sukses de Kock melawan Diponegoro. Dari Mei 1827 sampai Maret 1830, de Kock membangun sekira 258 benteng di seluruh Jawa tengah dan timur, terbanyak (90 benteng) dibangun pada 1828.

Stelsel Benteng mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro. Perlahan moril pasukan turun. Karena itu banyak di antara pasukan Diponegoro yang terpaksa menyerah. Bahkan Sentot Alibasah, panglima pasukan Diponegoro, menyerah kepada Kolonel Cochius pada Oktober 1829.

Tatkala menerima laporan keberadaan Diponegoro dan sisa pasukannya di hutan Remojatinegara, de Kock mengambil keputusan yang tak pernah diperkirakan bawahannya. Dia memerintahkan Kolonel Cleerens untuk membujuk Diponegoro agar mau berunding. Jawaban ya dari Diponegoro sudah cukup bagi de Kock. Dengan satu kata ya, de Kock telah memenangi peperangan dan menaklukkan orang Jawa tanpa merendahkan martabatnya.

Perundingan berakhir dengan penangkapan Diponegoro pada 28 Maret 1830 di Magelang. Dia diasingkan ke Manado selama tiga tahun, lalu ke Makassar sampai kematiannya pada 8 Januari 1855.
Anda ingin tahu lebih lanjut tentang perjuangan Pangeran Diponegoro ?

Ayo ikuti acara persembahan dari Komunitas KOTA TOEA MAGELANG, bekerja sama dengan Kantor PERPUSTAKAAN, ARSIP & DOKUMENTASI KOTA MAGELANG, dalam:

‪#‎Acara‬
– Nama Acara : Bedah Boekoe ” TAKDIR : RIWAYAT PANGERAN DIPONEGORO”

‪#‎Narasumber‬
– Narasumber : Peter Carey [sejarawan]

‪#‎PADA‬
– Waktu : Minggu 5 Juli 2015
– Pukul : 15.00 – 18.00 WIB
– Tempat : Gedung Kyai Sepanjang, Lantai 2
Jl. Kartini No. 4 Kota Magelang [250 meter sebelah barat Aloon-aloon Kota Magelang]

‪#‎KONTRIBUSI‬
– Kontribusi : Rp 15.000,-
– Fasilitas : makan & minum

‪#‎PENDAFTARAN‬ / ‪#‎INFO‬
– Cara Pendaftaran :
ketik TAKDIR DIPONEGORO [spasi] Nama Anda,
kirim ke 0878 32 6262 69
– Pendaftaran paling lambat Sabtu 4 Juli 2015 jam 18.00 WIB

‪#‎NB‬ :
1. Peserta mohon untuk datang tepat waktu dengan pakaian bebas, rapi dan sopan. Dan mohon untuk tidak memakai celana pendek.

2. Rundown acara sbb :
– jam 14.30 – 15.30 wib : daftar ulang peserta.
– jam 15.30 – 15.45 wib : pembukaan dan penyerahan kenang-kenangan.
– jam 15.45 – 17.15 wib : BEDAH BOEKOE berjudul “Takdir : Riwayat Pangeran Diponegoro” bersama Peter Carey (sejarawan).
– jam 17.15 wib : Penutupan.
– jam 17.30 wib : Persiapan buka puasa bersama.

3. Buku “Takdir : Riwayat Pangeran Diponegoro” di jual juga di lokasi acara seharga Rp 60.000,-

4. SAVE HERITAGE AND HISTORY IN MAGELANG

Liputan Event DJELADJAH DIPONEGORO #2 14 JUNI 2015

Standard
LAPORAN KEGIATAN “DJELADJAH DIPONEGORO” 14 JUNI 2015
bersama Komunitas KOTA TOEA MAGELANG
I. PENGANTAR
Komunitas KOTA TOEA MAGELANG adalah sebuah komunitas yang bergerak di bidang penggalian sejarah/history dan pelestarian cagar budaya/heritage di wilayah Magelang. Komunitas ini selalu aktif mengadakan berbagai kegiatan baik bersifat indoor maupun outdoor. Berbagai kegiatan sudah di laksanakan dengan tema yang beragam. Seperti misalnya berkaitan dengan perkeretaapian, percandian, budaya Tionghoa, kepahlawanan, tradisional, dll.
Acara-acara tersebut misalnya DJELADJAH SPOOR, DJELADJAH SITOES & TJANDI, DJELADJAH PETJINAN, DJELADJAH DIPONEGORO, DJELADJAH MUSEUM, dll. Kegiatan-kegiatan tersebut di rancang sedemikian rupa agar menarik, menyenangkan, rekreatif dan edukatif. Sehingga peserta mendapatkan pengalaman yang menarik dan mengesankan. Kegiatan tersebut rutin di adakan setiap bulan dengan tema yang berganti-ganti sehingga tidak membosankan.
II. LATAR BELAKANG “DJELADJAH DIPONEGORO”
Event tahunan yang di gelar di antaranya adalah DJELADJAH DIPONEGORO. Tujuan di adakannya jelajah dengan tema Perjuangan Pangeran Diponegoro ini salah satunya adalah menumbuhkan jiwa nasionalisme di kalangan generasi muda. Sebagaimana di ketahui bahwa Perang Diponegoro ini tercatat dalam sejarah sebagai peperangan yang sangat dahsyat. Perang yang terkenal dengan sebutan “JAVA OORLOG” ini berlangsung dari tahun 1825-1830 yang berkecamuk di wilayah Jawa bagian tengah.
Peperangan ini memakan koban ribuan jiwa dia antara kedua belah pihak pihak. Bahkan mampu membuat Belanda bangkrut. Sistem perang gerilya yang di lakukan oleh Diponegoro beserta laskarnya mampu membuat kalang kabut Belanda sehingga diterapkanlah sistem Benteng Stelsel yaitu sebuah sistem peperangan dengan banyak membangun benteng dalam upaya mempersempit pergerakan pasukan Diponegoro. Upaya ini cukup berhasil meski peperangan harus di akhiri dengan cara yang licik yaitu Belanda berpura-pura mengajak berunding Diponegoro tatapi ternyata cuma skedar tipu muslihat saja. Di rumah Residen Kedu di Magelang Pangeran Diponegoro di tangkap pada tanggal 28 Maret 1830. Peristiwa licik inilah yang akhirnya mengakhiri perjuangan Diponegoro.
Jelajah dengan tema ini sudah di adakan untuk yang kedua kali, sedangkan seri pertama di adakan di tahun 2014 dengan mengambil lokasi kunjungan sbb : – Museum Diponegoro di Gedung eks Residenan/Bakorwil II Kedu-Surakarta di Jl. Diponegoro No. 1 Kota Magelang, – Langgar Agung Diponegoro di Salaman, – Goa Lawa (tempat persembunyian Pangeran Diponegoro) dan – penyimpanan Kuluk Pangeran Diponegoro di Desa Kalirejo di Menoreh Salaman.
Di tahun 2015 ini kembali di adakan DJELADJAH DIPONEGORO #2 dengan mengambil lokasi kunjungan seputar Perbukitan Menoreh sisi selatan yang masuk wilayah Kulonprogo.
Lokasi kunjungan tersebut di antaranya sbb :
1.  Monumen Patung Pangeran Diponegoro di Aloon-aloon Kota Magelang
2. Makam Nyi Ageng Serang di Bandarharjo Kalibawang Kulonprogo
3. Makam Laskar Bulkiyo di Dusun Ngipikrejo Desa Dekso Kulonprogo
4. Goa Upas dan Goa Sriti di Dusun Dukuh Purwoharjo Kulonprogo
5. Batu Petilasan di Dusun Beteng Desa Candirejo Samigaluh Kulonprogo
III. PESERTA “DJELADJAH DIPONEGORO #2”
Peserta jelajah kali ini dikuti peserta dari berbagai tempat, kalangan umur, jenis kelamin.
1. Asal peserta : Magelang, Jogjakarta, Semarang, Batang, Ungaran, Kulonprogo.

2. Jenis kelamin :

– Laki-laki : 60 orang
– Perempuan : 31 orang
– Anak-anak : 4 orang [3 laki-laki, 1 perempuan]
3. Umur :
– Termuda : 8 tahun
– Tertua : 70 tahun
Sedangkan proses penjelajahan dilakukan dengan bersepeda motor dengan perincian sbb :
1. Merek Motor
– Honda : 38 buah
– Yamaha : 14 buah
– Suzuki : 2 buah
– Kawazaki : 1 buah
– TVS : 1 buah
2. Jenis Motor
– Matic : 22 buah
– Bebek : 31 buah
– Sport : 3 buah
IV. KRONOLOGIS “DJELADJAH DIPRONEGORO #2″
“DJELADJAH DIPONEGORO #2” di adakan pada hari Minggu Wage 14 Juni 2014. Sebagai titik kumpul adalah di titik 0 kilometer Kota Magelang yaitu di Tugu Listrik ANIEM di depan Kelenteng Liong Hok Bio. Titik kumpul di sini di pilih karena berada di tengah kota dan mudah di akses dari segala penjuru wilayah.
– Pukul 06.30 WIB :
Peserta berkumpul sekaligus untuk mendaftar ulang sebagai peserta. Selain mencatatkan nama, alamat dan nomer hp di lembar daftar ulang, peserta juga di wajibkan mengisi MEREK & JENIS MOTOR yang di pakai. Hal ini di lakukan untuk mengetahui dan mendata kendaraan yang di pakai oleh peserta. Tercatat sebanyak 90 orang terdaftar. Para peserta mendapatkan fasilitas berupa :
– vandel/bendera kecil berwarna oranye sebagai penanda kepesertaan,
– pin cantik bergambar Pangeran Diponegoro,
– snack,
– air mineral,
– makalah
– buku panduan berkendaraan sepeda motor yang merupakan sumbangan dari Yayasan ASTRA HONDA MOTOR. Buku ini memuat cara berkendaraan sepeda motor untuk tertib di jalan agar aman dan selamat. Mengingat proses jelajah kali ini melibatkan banyak orang dan menggunakan sepeda motor sebagai sarana penjelajahan.
– Pukul 07.15 WIB :
Di lakukan briefing dan pemaparan petunjuk teknis dari Koordinator Komunitas KOTA TOEA MAGELANG. Tujuan briefing ini untuk menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan, termasuk tentang rute penjelajahan yang akan di lakukan.
 
Penyampaian briefing juga di lakukan oleh Ketua Yayasan ASTRA HONDA MOTOR Bapak Hari Sasono kepada peserta, di antaranya mengharapkan agar peserta mematuhi peraturan lalu lintas agar aman, tertib dan selamat dalam bersepeda motor di jalan. Tidak lupa Bapak Hari Sasono mengajak peserta untuk meneriakkan yelyel penyemangat kegiatan.
Untuk mengawali kegiatan Bapak Soli Saroso selaku penasehat dan sesepuh Komunitas KOTA TOEA MAGELANG mempimpin doa agar proses penjelajahan di berikan kelancaran dan keselamatan mulai dari awal dan akhir kegiatan. Kegiatan di titik kumpul ini di akhiri dengan foto bersama dengan membentangkan spanduk kegiatan.
 
– Pukul 07.30 WIB :
Peserta menuju Monumen Patung Diponegoro di Aloon-aloon Kota Magelang. Monumen ini sudah berdiri sejak tahun 1977 sebagai bentuk penghargaan atas jasa, perjuangan dan pengorbanan Pangeran Diponegoro beserta pasukannya dalam melawan penjajah Belanda. Disini dilakukan pemotretan sebagai kunjungan pertama jelajah.
– Pada pukul 07.45 WIB :
Peserta menuju sepeda motor masing-masing untuk persiapan pemberangkatan jelajah. Kelengkapan bersepedamotor para peserta di cek benar, termasuk penggunaan helmet dan surat-surat yang diperlukan (SIM, STNK, KTP)
– Pukul 08.00 WIB :
Peserta berangkat menuju lokasi kedua yaitu di makam Nyi Ageng Serang di Kalibawang sejauh kira-kira 30 km. Rute jelajah mengambil jalan sbb : – Aloon-aloon Kota Magelang – Mertoyudan – Blondo – Kota Mungkid – Candi Pawon – Candirejo Borobudur – Bligo – Kalibawang – Makam Nyi Ageng Serang.
– Pukul 08.45 WIB :
Peserta sampai di Makam Nyi Ageng Serang. Di tempat ini sudah menunggu Ki Roni Sodewo, keturunan/trah Pangeran Diponegoro ke 7 yang sekarang tinggal di Wates Kulonprogo. Beliau akan memandu selama kegiatan berlangsung. Di tempat ini peserta menerima penjelasan mengenai sejarah perjuangan Nyi Ageng Serang dalam membantu Pangeran Diponegoro melawan Belanda. Di dalam makam di adakan pembacaan doa untuk [alm] Nyi Ageng Serang. Penjelajahan berlanjut menuju Makam Laskar Bulkiyo di Dekso sejauh 8 km.
– Pukul 09.45 WIB :
Kunjungan di area komplek Makam Bulkiyo di Dekso. Makam ini merupakan area pemakaman massal dari pasukan Diponegoro yang gugur sewaktu peperangan di area persawahan di sebelah barat kampung ini. Di ceritakan bahwa dahulu ketika Belanda berniat menyerbu kawasan Perbukitan Menoreh tempat Diponegoro berlindung, sesudah sampai di area persawahan di barat Dusun Ngipikrejo di serang oleh Pasukan Diponegoro. Banyak korban berjatuhan di kedua belah pihak. Dari pihak Laskar Diponegoro yang gugur adalah Kyai Bulkiyo, Kyai Sampar Wangke, Kyai Sampar Wadi dan Raden Mas Atmojo dan sejumlah prajurit dengan jumlah keseluruhan mencapai 104 jiwa.
– Pukul 11.00 WIB :
Perjalanan menuju Goa Upas dan Goa Sriti sangat menantang karena setelah melewati jalan raya maka akan melewati jalan kampung yang menanjak dengan sudut kemiringan yang tajam. Mengingat lokasi goa berada di area perbukitan Menoreh.
Goa Upas merupakan tempat berlindung untuk 2-3 orang saja. Dahulu kondisinya berbeda dengan kondisi sekarang. Karena runtuh maka kondisi goa sudah berubah sama sekali. Lokasi goa ini sekitar 250 meter dari jalan kampung tetapi lokasinya berada di bawah dari jalan kampung itu. Melewati kebun jati dan bebatuan kapur, sehingga peserta harus berjalan kaki untuk menuju ke goa ini.
Sedangkan Goa Sriti terletak 30 meter dari jalan kampung tersebut. Goa ini sangat unuk dan menarik. Meski terlihat dari luar hanya berupa pintu kecil, akan tetapi ketika masuk ke dalam goa ruangannya sangat luas sekali. Area goa seluas 3 kali lapangan basket dan mampu menampung ratusan orang. Tempat ini dahulu sebagai perlindungan Laskar Diponegoro beserta keluarganya.
– Pukul 13.00 WIB :
Perjalanan menuju ke Dusun Beteng Samigaluh dengan jarak sekitar 25 KM dengan waktu 25 menit. Dengan melewati jalanan beraspal antara Dekso – Samigaluh – Loano Purworejo. Jalan ini berliku-liku dengan tanjakan dan turunan yang tajam mengingat kawasan ini masih termasuk Perbukitan Menoreh. Kondisi jalan ada yang berlobang dan membahayakan peserta jika tidak waspada dan kehati-hatian.
– Pukul 14.00 WIB :
Peserta sampai di Dusun Beteng Desa Candirejo Kec. Samigalug Kab. Kulonprogo. Peserta sudah di sambut oleh masyarakat di antaranya adalah Kepala Desa dan Kepala Dusun setempat. Sambutan dari masyarakat sangat tidak di duga-duga oleh peserta. Sajian makanan kecil menjadi pendamping dalam mengiringi sambutan dari masyarakat.
– Pukul 15.00 WIB :
Peserta menuju ke batu petilasan Pangeran Diponegoro yang ada di sungai kecil di bawah dusun tersebut. Jarak menuju situs tersebut sejauh 400 meter tetapi harus di tempuh melalui jalan kampung dan jalan setapak menuruni tebing terjal. Peserta banyak mengalami kelelahan karena medan yang berat dan jarak yang sudah di tempuh sebelumnya. Tetapi semua bisa berjalan dengan baik sesuai dengan yang di rencanakan.
– Pukul 16.00 – 17.00 WIB :
Pengundian doorprise buat peserta jelajah. Dalam jelajah kali ini bisa di katakan sangat spesial karena baru pertama kali ini ada pemberian hadiah buat peserta. Hadiah buat peserta merupakan sumbangsih dari Yayasan ASTRA HONDA MOTOR yang di ketuai oleh Bapak Hari Sasono.Bentuk doorprise ini sebagai stimulan buat peserta agar bersedia tertib, aman dan selamat dalam bersepedamotor di jalan raya.
Bentuk doorprisenya berupa :
– 3 buah helmet eksklusif
– 6 buah jaket
– 12 kaos tangan
Daftar perincian penerima doorprise sbb :
Helmet 1 di terima Chandra Gusta dari Bandongan
Helmet 2 di terima oleh Ayu Kusuma Dewi
Helmet 3 di terima oleh Ainun Novita
Selain itu dari pihak keluarga besar trah Pangeran Diponegoro juga menyumbang beberapa buah buku bertema Diponegoro yang di bagikan buat para peserta melalui kuis.

DJELADJAH DIPONEGORO #2 14 JUNI 2015

Standard

AGENDA KEGIATAN KTM – 14 Juni 2015

185 tahun tahun sudah perlawanan Sang Pangeran telah berakhir. 5 tahun perlawanan itu mampu membuat bangkrut Belanda. Beribu-ribu korban berjatuhan di kedua belah pihak. Strategi perang gerilya Diponegoro sangat menguras energi Belanda. Area perjuangan yang sangat luas di tanah Jawa terutama di bagian selatan seperti halnya di kawasan Perbukitan Menoreh. Di kawasan inilah salah satu basis perjuangannya. Kawasan yang berbukit-bukit menjadi tempat yang ideal dalam.menggempur prajurit-prajurit Belanda.

Tlatah bumi Menoreh yang membentang menjadi benteng alam di selatan Magelang menjadi saksi perjuangannya. Darah dan air mata mengiringi setiap jejak langkah perjuangan laskar prajuritnya. Hampir 190 tahun yang lalu peperangan melawan Belanda mewarnai bumi Magelang dan sekitarnya ini. Hingga di awal bulan Syawal 28 Maret 1830 perlawanan itu mesti harus berakhir dengan cara yang tragis dan memilukan di rumah Residen Kedu di Magelang.

Ya, Sang Pangeran harus mengubur impiannya menjadi Raja Jawa. Hingga kini, jejak-jejak perjuangannya masih dapat kita telusuri. Bukan hanya sekedar sebuah memoriam semata, tapi bahwa apa yang dapat kita lacak memberi bukti betapa hebatnya perlawanan Sang Pangeran bersama laskar prajuritnya. Meski cuma 5 tahun, namun peperangan itu telah sanggup membuat bangkrut pihak Belanda.

Hingga kinipun namanya termasyur dan harum di bumi Nusantara bahkan di mancanegara. Semangat Sang Pangeran Diponegoro itu yang hingga kini seharusnya kita teladani. Jika anda ingin menelusuri jejak perlawanan Diponegoro, ayo ikuti event dari KOTA TOEA MAGELANG berikut ini:

#Acara :
DJELADJAH DIPONEGORO #2
di Kawasan Menoreh Selatan wilayah Dekso dan Samigaluh Kulonprogo

#PADA:
– Waktu : Minggu Wage, 14 Juni 2015
– Jam : 06.30 – selesai
– Tempat Kumpul : Tugu Listrik ANIEM di depan Klenteng Liong Hok Bio di Jl. Aloon-aloon Selatan Kota Magelang.

#Rute – #Lokasi – #Kunjungan:
Monumen Patung Diponegoro Aloon-aloon Kota Magelang – Blondo – Sawitan – Mendut – Sendangsono – Makam Nyi Ageng Serang – Makam Laskar Bulkiyo di Dekso – Goa Upas dan Goa Sriti – Samigaluh – Alas Sidokampir di Beteng Candirejo.
Rute sejauh kira-kira 50 km.

#Kontribusi:
Rp 15.000,- [fasilitas : air minum mineral, makalah, makan siang sederhana, masuk lokasi kunjungan]

#pendaftaran:
ketik : DIPONEGORO #2 [spasi] Nama Anda,
kirim ke : 0878 32 6262 69

Pendaftaran paling lambat hari Jumat 12 Juni 2015 jam 18.00 wib.

#NB :
1. Peserta wajib memakai kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan surat-surat, helm dan kelengkapan lainnya. Boleh sendiri atau berboncengan.
Wajib membawa jas hujan/mantol karena untuk mengantisipasi cuaca yang kurang menentu.

2. Peserta :
– wajib sarapan pagi terlebih dahulu.
– wajib membawa SENTER/LAMPU EMERGENSI untuk di pakai saat masuk Goa Sriti.
– wajib membawa topi, kaos/baju cadangan, sandal/sepatu yang nyaman dan handuk kecil/sapu tangan sebagai penyeka keringat.
– wajib menjaga ketertiban, kelancaran, kenyamanan dan keselamatan selama perjalanan.
– menjaga ketertiban dalam hal tutur kata dalam berbicara, terutama di lokasi kunjungan.

3. Rundown acara :
– jam 06.30 – 07.15 wib : Kumpul peserta sekaligus daftar ulang peserta dan pembayaran kontribusi.
– jam 07.15 – 07.30 wib : briefing peserta
– jam 07.30 – 07.40 wib : kunjungan ke Monumen Patung Diponegoro di Aloon-aloon Kota Magelang.
– jam 07.45 – selesai : jelajah dan diperkirakan akan selesai hingga sore hari.

4. Rute kunjungan di mulai dari Kota Magelang :
Monumen Patung Diponegoro Aloon-aloon Kota Magelang – Blondo – Sawitan – Mendut – Sendangsono – Makam Nyi Ageng Serang – Makam Laskar Bulkiyo di Dekso – Goa Upas dan Goa Sriti – Samigaluh – Alas Sidokampir di Beteng Candirejo.
Rute sejauh kira-kira 50 km. Apabila ada perubahan lokasi kunjungan maka menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan.

5. Untuk makan siang akan di adakan di lokasi Dusun Beteng, Candirejo Samigaluh, Kulonprogo.

6. Hal-hal yang belum tercantum pada catatan ini akan di informasikan pada saat pelaksanaan kegiatan.

7. Informasi kegiatan: 0878 32 6262 69

SAVE HERITAGE & HISTORY IN MAGELANG

OENDANGAN ATJARA REMBOEG SEDJARAH MAGELANG TEMPO DOELOE

Standard

OENDANGAN ATJARA MAGELANG TEMPO DOELOE

Mohon kehadiran Kerabat KTM dalam sub acara Remboeg Sedjarah di pameran MAGELANG TEMPO DOELOE.

#ACARA

– Nama Acara : Remboeg Sedjarah

#PELAKSANAAN
– Hari/Tanggal: Jumat 15 Mei 2015
– jam : 18.30 WIB

#TEMPAT
– Tempat : panggung utama Pameran MAGELANG TEMPO DOELOE di Aloon-aloon Kota Magelang.

#NARASUMBER
– Ki Roni Sodewo, Narwan Sastra Kelana dan Novo Indarto.

#TEMA
– Tema : “Pangeran Diponegoro”

#NB
– Pakaian : bebas rapi
– CP : 0878 32 6262 69

Save History & Heritage in Magelang.