“Warga siap menambah jumlah rumah yang untuk menginap maupun transit para tamu dan pengisi acara festival,” kata Ketua Panitia Lokal FLG XVI/2017 Kabupaten Magelang, Pawit (38), di Magelang, Sabtu sore.
Ia mengatakan hal itu usai rapat lanjutan persiapan pergelaran seni budaya itu di kompleks Padepokan Warga Budaya Gejayan. Festival Lima Gunung diselenggarakan setiap tahun oleh berbagai kelompok seniman petani Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) Kabupaten Magelang dengan jejaringnya dari berbagai kota. Budayawan Magelang Sutanto Mendut menjadi inspirator utama Komunitas Lima Gunung.
Ia menyebut para tamu yang hendak menginap di rumah-rumah warga selama berlangsung festival secara mandiri tersebut tidak dipungut biaya.
“Warga juga menyiapkan berbagai makanan dan minuman untuk para tamu, sedangkan tempat istirahat atau tidur disiapkan selayaknya sebagaimana masyarakat desa menyambut tamu,” ujarnya.
Panitia menghendaki para tamu Festival Lima Gunung memperoleh kesan positif atas kehidupan sederhana setiap hari masyarakat desa di kawasan barat puncak Gunung Merbabu itu.
Sejak beberapa bulan terakhir, masyarakat setempat bergotong royong menghiasi desa dengan berbagai instalasi seni berbahan alami dan membuat panggung cukup luas di halaman rumah salah satu warga untuk pementasan berbagai kesenian dalam festival mendatang. Mereka juga membuat instalasi berwujud burung garuda dan naga dalam ukuran besar yang ditempatkan di arena pementasan.
Sedikitnya 60 kelompok kesenian akan tampil dalam festival tersebut, antara lain tarian, musik, performa seni, pameran seni, teater, pidato kebudayaan, dan kirab budaya.
Selain berbagai kelompok seniman Komunitas Lima Gunung, beberapa kelompok seniman dari sejumlah kota juga akan tampil pada festival tersebut, antara lain dari Yogyakarta, Solo, Semarang, Bandung, Jakarta, Lumajang, Kupang, Liwa, Kalteng, Banten, Kendal, Salatiga.
Selain itu, sejumlah kelompok kesenian dari desa-desa di sekitar Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, dan beberapa lainya dari kabupaten di sekitar Magelang.
Ketua Komunitas Lima Gunung Supadi Haryanto mengatakan festival yang tahun ini mengangkat tema bernada kritik sosial, “Mari Goblok Bareng” tersebut, menjadi ajang silaturahim para seniman, baik sesama komunitas maupun dengan jejaringnya dari berbagai kota.
“Selain untuk saling bertemu dan memperkuat `sesrawungan` (bergaul), festival tahun ini juga mencermati secara kritis perkembangan kehidupan bersama dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kita ingin suasana kehidupan bersama semakin baik, saling menerima perbedaan, rukun, hidup tenteram dan damai, sebagaimana dijalani setiap hari oleh masyarakat desa,” ujarnya.
Editor : Achmad Zaenal M